Sabtu, 27 Juni 2015

Tanam Ubi Kayu Sistem Double Row


budaya
Tanam Ubi Kayu Sistem Double Row
Di Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi-padian dan jagung. Permasalahan umum pada pertanaman ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar, seperti belum dilakukan pemupukan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas ubi kayu adalah dengan menggunakan sistem tanam double row.
Sistem tanam double row adalah membuat baris ganda (double row), yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm sehingga jarak tanam ubikayu baris pertama (160 cm x 80 cm) dan baris kedua (80 cm x 80 cm). Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa sehingga pembentukan zat pati ubikayu dalam umbi lebih banyak dan ukuran umbi lebih besar. Selain itu, di antara barisan berukuran 160 cm dapat ditanami jagung dan kacang-kacangan untuk meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan lain dari sistem tanam  double row adalah jumlah bibit yang digunakan lebih sedikit, yakni 11.200 tanaman dibandingkan dengan sistem tanam biasa dengan jumlah bibit 18.000 tanaman.
Syarat terpenting pada model penanaman ini adalah penggunaan bibit unggul. Ada banyak pilihan varietas bibit unggul diataranya; UJ-3, UJ-5 (Cassesart) dan klon lokal Barokah, Manado, Klenteng, mekarmanik dan lain-lain. Hasil kajian BPTP Lampung menunjukkan, penggunaan varietas UJ-5 mampu berproduksi tinggi dan memiliki kadar pati yang tinggi pula. Dalam hal ini setek untuk bibit diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan. Panjang setek yang digunakan adalah 20 cm.
Tanah diolah sedalam 25 cm dapat dilakukan dengan mencangkul, membajak atau dengan ternak dan traktor. Dibuat guludan atau bedengan dengan jarak ganda yaitu 80 cm dan 160 cm. Pemupukan diberikan dengan dosis 200 kg Urea + 150 kg SP36 + 100 kg KCl dan 5 ton pupuk organik (Petroganik) per hektar. Pada musim tanam berikutnya dosis pupuk organik dikurangi menjadi 3 ton/ha. Pemupukan Urea dilakukan 2 kali, yakni pada umur 1 bulan dan 3 bulan, sedangkan SP36 dan KCl diberikan 1 kali pada umur 1 bulan setelah tanam. Pemberian pupuk organik dilakukan pada sekitar perakaran pada umur 2 minggu setelah tanam. Dengan pemiliharaan yang baik untuk bibit UJ-5 panen bisa mencapai 45-60 ton/hektar.
sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar