Tanaman semusim merupakan istilah agrobotani
bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam
pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuhan
yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun.
Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang
dimaksud "satu musim" adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di
daerah beriklim sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila
tanaman yang dimaksud tidak perlu mengalami musim dingin bagi
pembungaannya (vernalisasi).
1. BENGKUANG ( Pachyrrhizus erosus )
Bengkuang
adalah suatu terna merambat dan berdaun majemuk beranak daun 8,
merupakan salah satu anggota suku leguminoceae. Bunga-buang tersusun
dalam satu tandan yang panjangnya 15-25 cm, buahnya berbulu halus
berbentuk polong dan berisi 4-9 biji, umbi akarnya putih, berbentuk
gasing yang kulitnya mudah dikupas.
Jenis
ini ditanam terutama untuk umbinya yang dapat dimakan mentah,
sedangkan untuk asinan atau rujak dapat dimakan setelah dimasak.
Perbanyakan dilakukan melalui stek batang, umbi maupun bijinya yang
biasanya ditanam di atas bedengan-bedengan di tanah sawah. Biji
bengkuang memerlukan 1-3 minggu untuk berkecambah, setelah umur 1 bulan
tanaman memerlukan tonggak panjang sebagai penunjang untuk merambat,
agar diperoleh umbi yang besar pembungaannya perlu dibuang. Umbi
bengkuang umumnya dipanen setelah tanaman berumur 6-11 bulan.
2. UBI MANIS ( Dioscorea alata )
Diantara
jenis-jenis Dioscorea ubi inilah yang paling digemari karena rasanya
yang paling enak. Daunnya berbentuk bundar telur, bentuk umbinya sangat
beragam ada yang bulat, pipih panjang, biasanya nama daerahnya
diberikan berdasarkan bentuk umbi. Umbi ini sebagai penghasil
karbohidrat.
Pada
musim kemarau umbinya mengalami masa istirahat, agar tidak busuk
biasanya umbinya disimpan di tempat yang kering, diatas peraian di dapur
atau juga dibungkus dengan abu, menjelang musim hujan umbi ini akan
bertunas. Umbi yang telah bertunas digunakan sebagai bibit, setelah
berumur 9-12 bulan umbinya dapat dipanen. Tanaman ini tumbuh di tanah
datar hingga ketinggian 800 m dpl.
3. KIMPUL ( Xanthosoma violaceum )
Kimpul
dapat dibedakan dari C. esculenta dari umbi dan bentuk daunnya serta
letak tangkai daunnya. Pada X. violaceum yang dapat dimakan ialah umbi
anaknya, sedang C. esculenta umbi induknya. Umbi anak kimpul ini akan
berlendir setelah direbus dan rasanya tak seenak umbi talas.
Dari
tanaman budidaya ini banyak anaknya yang terbuang tidak dipelihara dan
tumbuh liar. Kimpul ini dikenal sedikitnya 2 forma, yaitu yang tangkai
dan urat daunnya bewarna biru tua sampai hitam dan yang tangkai dan urat
daunnya bewarna hijau. Kimpul ini cara penanamannya menyerupai talas.
Umbi biobniot digunakan anak yang tumbuh di samping induknya, tetapi
walaupun begitu cara memanennya sangat berbeda dengan talas. Kimpul
dipanen tanpa membongkar pohonnya, caranya ialah dengan menggali di
sekeliling tanaman dan melepaskan umbi anak dari induknya, kemudian
tanaman ditimbun lagi untuk dipanen kembali setelah 3-4 bulan.
4. UBI BUAH ( Dioscorea bulbifera L. )
Ubi
buah merupakan perdu merambat, batangnya bulat dapat mencapai tinggi
3-10 m. Daunnya tunggal berbentuk jantung, umbinya bulat diliputi rambit
akar yang pendek dan kasar. Daging umbinya bewarna kuning, keras dan
sangat bergetah. Selain membentuk umbi di dalam tanah tumbuhan ini juga
membentuk umbi batang pada ketiak daun yang disebut ubi gantung atau
bulbil. umbi gantung berbentuk hati, berukuran kecil dan rasanya enak.
Selain
dimakan umbinya dan umbi gantungnya dapat digunakan sebagai obat.
Perbanyakan ubi buah dapat dilakukan baik dengan umbi maupun dengan umbi
gantungnya. Umbi yang telah bertunas dapat digunakan sebagai bibit.
Umbi dapat dipanen setelah berumur 1 tahun.
5. UBI JALAR ( Ipomoea batatas L. )
Ubi
jalar, telo atau hui boled ini termasuk dalam suku kangkung–kangkungan
(Convolvulaceae). Batang tanaman berakar banyak dan menjalar di
permukaan tanah, bewarna hijau, kuning atau ungu baik bentuk maupun
warnanya. Demikian pula halnya untuk bentuk warna dan rasa umbinya.
Umbinya dimakan setelah direbus atau dibakar atau juga diolah lebih
lanjut untuk bahan industri alkohol, sari karotin, bahan perekat atau
sirup. Zat patinya merupakan salah satu dalam pembuatan tekstil atau
kertas. Daun bersama batang mudanya digunakan untuk sayuran juga dipakai
sebagai bahan makanan ternak.
Perbanyakan
tanaman biasanya dilakukan dengan stek, batang mudanya ditanam pada
gulu dan yang cukup tinggi. Setelah berumur 2-3 minggu batangnya
dinaikkan ke puncak.
6. UBI KAYU ( Manihot esculenta )
Di
Indonesia ubi kayu mempunyai arti ekonomi terpenting dibandingkan
dengan jenis umbi-umbian lainnya. Umbi ini termasuk kedalam suku
Euphorbiaceae. Pohonnya dapat mencapai tinggi 1,5- 5 m, warna batangnya
beraneka ragam. Daunnya berbagi menjari dengan cangap 5-9. Tiap tanaman
pada umumnya dapat menghasilkan 5-10 umbi.
Ubi
kayu masak yang diragikan dikenal dengan nama tapai ubi, yang mentah
merupakan bahan mentah untuk tepung tapioka. Daunnya banyak mengandung
banyak protein, perbanyakan tanaman biasanya dilakukan dengan stek,
batangnya yang sudah berkayu. Sebagai bibit dipergunakan sebagai batang
yang matanya belum tumbuh, caranya dicondongkan, direbahkan dan ada yang
tegak lurus. Selain itu dapat pula dilakukan dengan sistem mukibat yang
dilakukan dengan cara penyambungan atau penempelan tunas ubi kayu karet
pada batang poko
7. UBI GADUNG ( Dioscorea hispida )
Gadung
merupakan perdu memanjat yang tingginya dapat mencapai 5 – 10 m.
batangnya bulat, berbulu dan berduri yang tersebar sepanjang batang dan
tangkai daun. Umbinya bulat diliputi rambut akar yang besar dan kaku.
Kulit umbi berwarna gading atau coklat muda, daging umbinya berwarna
putih gading atau kuning. Umbinya muncul dekat permukaan tanah. Dapat
dibedakan dari jenis-jenis Dioscorea lainnya karena daunnya merupakan
daun majemuk terdiri dari 3 helai daun. Bunga tersusun dalam ketiak
daun, berbulir, berbulu dan jarang sekali dijumpai.
Tumbuh
pada tanah datar hingga ketinggian 850 m dpl. Tetapi dapat juga
ditemukan pada ketinggian 1.200 m dpl. Umbinya sangat beracun, karena
mengandung alkoloid yang menimbulkan rasa pusing-pusing. Dengan cara
pengolahan khusus umbinya dapat dimakan. Umbi mentahnya karena
mengandung alkoloid dapat digunakan sebagai bahan untuk racun binatang.
Bahan sisa pengolahan tepungnya dapat digunakan sebagai insektisida.
Bunga tanaman ini yang berwarna kuning sangat harum digunakan untuk
mewangikan pakaian dan dapat pula dipakai sebagai hiasan rambut
8. TALAS BOGOR ( Colocasia esculenta (L.) Schott )
Bedanya
dengan kimpul, jenis ini mempunyai daun yang berbentuk hati yang ujung
pelepah daunnya tertancap agak ke tengah helai daun sebelah bawah. Warna
pelepahnya bermacam-macam. Perbungaanya terdiri atas tangkai, bunga
jantan di sebelah atasnya, sedang diantaranya terdapat bagian yang
menyempit. Pada ujung tongkolnya terletak bunga-bunga yang mandul.
Umbinya berbentuk silinder sampai agak membulat. Talas bogor ini
mengandung kristal yang menyebabkan rasa gatal. Terdapat keaneragaman
pada bentuk daun, warna pelepah, bentuk dan rasa umbi serta kandungan
kristalnya.
Di
Indonesia talas ini bisa dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan
tersebar dari tepi pantai sampai ke pegunungan diatas 1.000 m dpl., baik
liar maupun ditanam. Bogor dan Malang terkenal sebagai penghasil
beberapa kultivar yang enak rasanya
Untuk
pertumbuhanya diperlukan tanah yang kaya akan humus dan berdrainase
baik. Kultivar yang terkenal enak rasanya di Jawa di tanam pada tanah
kering. Masa tanam yang tepat ialah sebelum musim hujan. Talas
berkembang biak dengan anakan, sulur, umbi anak atau pangkal umbi serta
sebagian pelepah daunnya. Anakan-anakanya perlu dibuang agar umbi induk
bisa tumbuh menjadi besar. Tanaman dipanen setelah berumur 6 – 9 bulan.
9. SUWEG ( Amorphophallus campanulatus Bl. )
Suweg
(Amorphophallus campanulatus Bl) ialah salah satu jenis Araceae yang
berbatang semu, mempunyai satu daun tunggal yang terpecah-pecah dengan
tangkai daun yang tegak yang keluar dari umbinya. Tangkainya belang
hijau-putih, berbintil-bintil, panjangnya 50 – 150 cm. Perbungaanya,
yang muncul setelah daun hilang dari permukaan tanah, terdiri atas
tangkai bunga, seludang dan tongkol.
Tangkai
bunganya, yang tingginya 50 – 120 cm, berwarna hijau dengan noda-noda
pucat. Tongkolnya berbau tidak enak, terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian
bawah bunga betina, bagian tengah bunga jantan dan bagian atas ialah
bagian bunga yang mandul. Dikenal adanya 2 varitas, ialah A.
Campanulatus var. Hortensis yang sudah dibudidayakan dan var. Sylvestris
yang tumbuh liar di hutan jati atau di kebun-kebun yang tidak
terpelihara. Tumbuh di dataran rendah sampai 800 m dpl. Untuk
pertumbuhanya diperlukan tempat yang agak terlindungi.
Jenis
ini diperbanyak dengan umbi anak atau mata yang terdapat pada kulit
umbinya. Setelah tumbuh biasanya tidak memerlukan pemeliharaan, hanya
tanah di sekitarnya perlu digemburkan. Jika ditanam dari umbi anak, umbi
dapat dipanen 4 – 5 bulan kemudian, setelah tangkai daunnya membusuk.
Jika matanya yang dijadikan bibit, suweg baru dapat dipanen setelah
berumur 9 – 10 bulan.
10. UBI GARUT ( Marantha arundinaceae L. )
Garut,
irut, harut atau patat sagu merupakan salah satu anggota suku
Marantaceae. Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dikenal dengan nama Marantha
arundinaceae L. Tanaman ini merupakan terna tegak dengan tinggi 60 – 80
cm, batang sejatinya terdapat dalam tanah, berbentuk kumparan menebal ke
arah puncak. Daunnya berbentuk bundar telur hingga lanset bundar telur,
berwarna hijau berbecak putih.
Umbinya
berwarna putih ditutupi dengan kulit yang bersisik berwarna coklat
muda, berbentuk silinder. Jenis tanaman ubi-ubian ini tumbuh pada
ketinggian 0 – 900 m dpl, dan tumbuh baik pada ketinggian 60 – 90 m dpl.
Tanah yang lembab dan di tempat-tempat yang terlindung sangat digemari
Perbanyakan
tanaman garut dilakukan dengan memotong sebagian kecil dari rimpang
yang bertunas. Tanaman ini biasanya ditanam pada permulaan musim hujan
sesudah tanah digemburkan lebih dahulu. Selama pertumbuhan, tanah
sekali-kali perlu digemburkan. Umbi dapat dipanen pada umur 10 – 11
bulan, bila daun-daunnya mulai melayu.
11. UBI GANYONG ( Canna edulis Ker. )
Ganyong
merupakan terna tegak yang tingginya mencapai 0,9 – 1,8 m hingga 3 m
atau lebih. Daunnya lebar, di bagian tengah tulang daun menebal,
terdapat keragaman pada warna daun. Bunganya berwarna merah jingga.
Umbinya dapat mencapai panjang 60 cm, dikelilingi oleh bekas-bekas sisik
dan akar tebal yang berserabut. Bentuk umbinya beraneka ragam. Selain
bentuk umbinya, komposisi kandungan umbinya juga beragam.
Jenis
tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0 – 2550 m dpl, dengan curah hujan
rata-rata 1120 mm. Kecuali pada tanah liat berat, ganyong dapat tumbuh
pada hampir semua tipe tanah. Produksi optimum akan dicapai bila tanaman
pada tanah liat berpasir yang kaya akan humus. Perbanyakan tanaman
dapat dilakukan dengan rimpangnya yang telah mencapai ukuran normal dan
mengandung 1-2 tunas sehat. Umbi ditanam sedalam 12,5 – 15 cm pada tanah
yang telah lebih dahulu dicangkul dan ditanam dalam barisan. Umbinya
dapat dipanen pada umur 6-10 bulan setelah tanam untuk dikukus atau
direbus. Bila akan diambil patinya dipanen pada waktu berumur 15 – 18
bulan dan harus diolah seketika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar