Selasa, 16 Februari 2016

Cara Cerdas Melawan Keong Mas

Cara Cerdas Melawan Keong Mas

budidaya arsipppDalam mengendalikan hama keong mas, umumnya para petani memilih menggunakan moluskisida sintesis yang berharga mahal, berspektrum luas, dan mengganggu organisme nontarget dan juga manusia. Padahal sesungguhnya ada cara yang lebih cerdas dan aman, baik secara fisik,  mekanis maupun secara biologis. Berikut ini beberapa cara efektif mengendalikan keong mas:
  1. Pengambilan keong mas secara langsung dengan tangan dari sawah pada pagi dan sore hari ketika keong dalam keadaan aktif dan mudah diambil.
  2. Menggunakan tumbuhan yang mengandung racun bagi keong mas. Misalnya daun sembung (Blumea balsamifera), daun/akar tuba, daun eceng gondok (Monochoria vaginalis), daun tembakau (Nicotiana tabacum), daun calamansi atau jeruk (Citrus microcarpa ), daun makabuhay (Tinospora rumphii ), nimba (Azadirachtha indica ), dan cabai merah. Berbagai tumbuhan tersebut dianjurkan diaplikasikan sebelum penanam padi. Saluran kecil dibuat agar keong mas berada di dalam saluran tersebut dan selanjutnya di atas saluran diletakkan tumbuhan tersebut.
  3. Menggunakan atraktan seperti daun talas (Cococasia esculenta ), daun pisang (Musa paradisiaca ), daun pepaya ( Carica papaya ), bunga terompet, dan koran bekas, supaya mudah mengumpulkan keong tersebut. Daun sebagai atraktan diletakkan dalam petakan sawah secara berjejer, berjarak 1-2 meter antar umpan, yang dilakukan sebelum panen sampai 5 minggu setelah tanam. Tinggi air di sawah disarankan sekitar 5-10 centimeter (BP2TP NAD, 2004)
  4. Ketika menggaru terakhir dibuatkan caren yang dalam (sedikitnya lebar 25 centimeter dan dalamnya 5 centimeter). Jarak antara larikan 10-15 meter. Demikian juga, perlu dibuatkan saluran seukuran caren sepanjang tepi sawah. Saluran dan caren berfungsi untuk menjebak keong mas.
  5. Meletakkan kawat kasa atau anyaman bambu pada pemasukan dan pengeluaran air utama, untuk mencegah masuknya keong mas kecil dan dewasa. Cara ini juga untuk mengambil keong mas yang terperangkap. Selain itu, mempertahankan air tidak terlalu tinggi (2-3 centimeter) mulai 3 hari tanam bisa mengurangi populasi keong mas.
  6. Batu tohor sebanyak 50-100 kg/ha dapat ditebarkan pada lahan persawahan untuk mengurangi dan mematikan keong mas.
  7. Menancapkan ajir bambu sebagai perangkap telur di sawah yang selalu tergenang atau pada saluran pengairan untuk menarik keong mas dewasa bertelur. Dengan cara ini kelompok telur muda dapat terkumpul untuk kemudian diambil dan dihancurkan. Panjang kayu perangkap sekitar 1-1,5 meter, dengan diameter 1-3 centimeter, dan jarak antara tiang perangkap sekitar 2-3 meter. Dalam 1 hektar diperlukan sekitar 200 batang dan ketinggian air dalam petak sawah dianjurkan sekitar 5-10 centimeter (BP2TP NAD, 2004).
  8. Mengeringkan sawah berkali-kali untuk mengurangi aktivitas perpindahan dan perusakan. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah, maka 15 hari setelah tanam pindah, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah tebar benih, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (BPTP, 2003).
  9. Mempergunakan varietas yang beranak banyak dan kurang disukai keong mas seperti PSB, Rc36, Rc38, Rc40, dan Rc 68.
  10. Beberapa predator keong mas adalah burung dan itik, kura-kura, ikan serta insekta. Memelihara itik atau ikan jenis tertentu efektif mengendalikan keoang mas. Pada sistem ini, manajemen air untuk memberi kemungkinan dapat memakan telur juga mesti dilakukan, sehingga peluang menetas dan berkembang biak keong dapat diputuskan.
11. Penggunaan bahan kimia yang tidak merusak lingkungan dapat juga direkomendasikan. Selain itu, dapat juga digunakan saponin, tembakau, dan bibit pinang sebagai bahan pengendali (pembunuh) keong mas. (Dr. Ir. Sulistiono/FPIK-IPB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar