Sabtu, 27 Februari 2016

Aplikasi BatmanNews

Aplikasi Android terbaru BatmanNews versi 1.2 lebih ringan dan cepat di sini

Memperbanyak Anakan Padi

Banyak anak banyak rejeki, falsafah ini sangat
pas jika diterapkan dalam ilmu budidaya
tanaman padi. Semakin banyak anakan
produktif tanaman padi diharapkan akan
semakin banyak malai yang terbentuk dan
akhirnya diharapkan semakin banyak
peningkatan produksi. Oleh karena banyaknya
anakan produktif merupakan salah satu kunci
peningkatan produktivitas tanaman padi selain
banyaknya bulir isi pada tiap malai. Berikut ini
tips untuk memperbanyak anakan produktif
tanaman padi.
1. Tanamlah bibit padi muda.
Semakin muda umur bibit padi
akan semakin potensial
memproduksi anakan yang lebih
banyak. Umur terbaik untuk
tanam padi adalah antara 10 –
18 hss (hari setelah sebar).
2. Aplikasi pupuk Phospat seperti
SP36 seawal mungkin (kalau
perlu sehari atau 2 hari sebelum
tanam). Pupuk SP36
membutuhkan waktu yang agak
lama untuk bisa terserap oleh
akar tanaman, oleh karena itu
pemberian SP36 harus seawal
mungkin. Salah satu fungsi unsur
P yang terkandung dalam SP36
adalah merangsang
pembentukan akar,
3. Aplikasi pupuk Nitrogen seperti
Urea seawal mungkin, maksimal
5 hari setelah tanam harus sudah
diberikan. Unsur Nitrogen
merupakan salah satu kunci
utama dalam membantu
pembentukan anakan, oleh
karena itu saat proses
pembentukan anakan jangan
sampai belum tersedia unsur ini.
4. Jangan tanam bibit padi terlalu
dalam, cukup 1-2 cm saja sudah
cukup. Tanam bibit padi yang
terlalu dalam akan menghabiskan
energi tanaman padi untuk
menembus tanah penutupnya.
5. Pengairan yang tidak selalu
tergenang. Jaga pemberian air
pada tanaman padi secara
periodik diairi lalu dibiarkan
sampai kering (tanahnya pecah
rambut) lalu diairi lagi demikian
seterusnya.
6. Penggunaan varietas unggul.
Setiap varietas pasti akan
mempunyai kemampuan sendiri-
sendiri dalam membentuk anakan
yang produktif.
7. Jarak tanam jangan terlalu rapat,
apalagi jika tanahnya subur.
Walaupun anakan terbentuk
banyak akan tetapi jika jaraknya
terlalu rapat biasanya anakan
tersebut menjadi kurang
produktif. Sebaiknya gunakan
sistem tanam jajar legowo.
8. Pemberian pupuk organik padat
sebagai penyubur dan pembenah
tanah. Ini berhubungan erat
dengan kondosi kesuburan tanah
dan proses penyerapan unsur
hara yang akan diberikan pada
tanaman. Oleh karena itu
jumlahnya sangat relatif
tergantung kondisi tanah
masing-masing petani.
9. Waspada terhadap hama dan
penyakit. Hama yang punya
potensi mengurangi anakan
antara lain keong mas, sundep
dan tikus. Sedangkan penyakit
yang membahayakan saat
pembentukan anakan padi
adalah penyakit busuk pangkal
batang padi.
(gerbangpertanian.com)

Perang Sengit Melawan Walang Sangit

Di Indonesia walang sangit (Leptocorisa acuta
Thumb) merupakan hama potensial dapat
menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50
persen. Diduga bahwa populasi 100.000 ekor
per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25
persen. Hasil penelitian menunjukkan populasi
walang sangit 5 ekor per 9 rumpun padi akan
menurunkan hasil 15%. Hubungan antara
kepadatan populasi walang sangit dengan
penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan
satu ekor walang sangit per malai dalam satu
minggu dapat menurunkan hasil 27 persen.
Serangan walang sangit juga bisa
mempengaruhi kualitas gabah karena bisa
menyebabkan beras berubah warna dan
mengapur serta gabah menjadi hampa
Hama ini dapat merusak bulir padi pada fase
pemasakan. Mekanisme merusak walang
sangit adalah dengan menghisap butiran gabah
yang sedang mengisi. Apabila diganggu,
serangga walang sangit ini akan
mempertahankan diri dengan mengeluarkan
bau kurang sedap. Selain sebagai mekanisme
pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga
digunakan untuk menarik walang sangit lain
dari spesies yang sama. Walang sangit dapat
merusak tanaman ketika mencapai fase
berbunga sampai matang susu.
Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam
serempak dalam satu hamparan merupakan
cara pengendalian yang sangat dianjurkan.
Setelah ada tanaman padi berbunga, walang
sangit akan segera pindah dari rumput-
rumputan atau tanaman sekitar sawah ke
pertanaman padi yang pertama kali berbunga.
Sehingga jika pertanaman tidak serempak
pertanaman yang berbunga paling awal akan
diserang lebih dahulu dan tempat berkembang
biak . Pertanaman yang paling lambat tanam
akan mendapatkan serangan yang relatif lebih
berat karena walang sangit sudah berkembang
biak pada pertanaman yang berbunga lebih
dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu
hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.
Selain itu, hama ini dapat dikendalikan melalui
beberapa langkah, seperti: Mengendalikan
gulma, baik yang ada di sawah maupun yang
ada di sekitar pertanaman, meratakan lahan
dengan baik dan memupuk tanaman secara
merata agar tanaman tumbuh seragam. Selain
itu juga dapat dilakukan penangkapan walang
sangit dengan menggunakan jaring sebelum
stadia pembungaan, serta mengumpan walang
sangit dengan ikan yang sudah busuk, claging
yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
Penggunaan insektisida bila diperlukan dan
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari
ketika walang sangit berada di kanopi. (Efrie/
dari beberapa sumber)

Rabu, 17 Februari 2016

Penyakit Blas Pada Tanaman Padi Dan Cara Pengendaliannya

Penyakit Blas Pada Tanaman Padi Dan Cara Pengendaliannya

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia  grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. Di sentra-sentra produksi padi Jawa Barat seperti di Karawang, Subang, dan Indramayu; Jawa Tengah  di Pemalang, Pati, Sragen, dan Banyumas; Jawa Timur di Lamongan, Jombang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang, penyakit blas banyak ditemukan berkembang di pertanaman padi sawah.

Gambar 1. Gejala penyakit blas daun (a), dan blas leher (b)
Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi,  P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit  blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso, seperti yang terjadi di Lampung dan Sumatera Selatan.
Biologi dan Ekologi Penyakit Blas
Jamur P. grisea mempunyai banyak ras,  yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat.  Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan  ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabilitas  dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi.  Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.
Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas sperti tanah, pengairan, kelembaban, suhu, pupuk dan ketahanan varietas. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen epidemi penyakit yang dapat dikelola untuk tujuan  pengendalian penyakit blas. Upaya untuk mengendalikan penyakit blas  melalui pengelolaan komponen epidemi secara terpadu mempunyai peluang keberhasilan tinggi.
Pengendalian Penyakit Blas dengan Teknik Budidaya
1.   Penanaman Benih Sehat
Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat  lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin. Pertanaman yang terinfeksi penyakit blas sangat tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai benih. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih. Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating) dengan fungisida anjuran.
2.   Perendaman (Soaking) benih
Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
3.   Cara pelapisan (Coating) benih
Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman,  selanjutnya benih siap disemaikan.
4.   Cara tanam
Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun. Petanaman selalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat akan mepermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.
5.   Pemupukan
Pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blas. Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang.
Penanaman Varietas Tahan.
Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8. Upaya lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam padi secara monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus. Bila padi tersebut ditanam terus menerus sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas.
Penggunaan Fungisida untuk Penyemprotan Tanaman
Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.  Hasil  percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% efektif menekan perkembangan jamur P. grisea. Penyemprotan dengan fungisida sebaikny dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga. Beberapa fungisida yang dianjurkan untuk pengendalian penyakit blas tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Fungisida untuk pengendalian penyakit blas melalui penyemprotan
Nama Umum            (Bahan Aktif)
Nama Dagang
Dosis Formulasi /aplikasi
Volume Semprot /ha
Isoprotiolan
Fujiwan 400 EC
1 lt
400-500 lt
Trisiklazole
Dennis 75WP, Blas 200SC, Filia 252 SE
1 lt / kg
400-500 lt
Kasugamycin
Kasumiron 25 WP
1 kg
400-500 lt
Thiophanate methyl
Tyopsin 70WP
1 kg
400-500 lt
Pencegahan
1. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi dengan menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.
2. Pemberian kompos jerami
Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.
Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas.
  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat.
  2. Gunakan benih sehat.
  3. Hidarkan penggunaan pupuk nitrogen diatas dosis anjuran.
  4. Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus menerus sepanjang tahun.
  5. Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa rerumputan.
  6. Hindari tanam padi terlambat dari tanaman petani di sekitarnya.
  7. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 30 hari setelah sebar.
  8. Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik.
  9. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
  10. Pemakaian kompos sebagai sumber bahan organik.

Pengendalian Penyakit Kresek dan Hawar Daun Bakteri

Pengendalian Penyakit Kresek dan Hawar Daun Bakteri

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi utama yang tersebar di berbagai ekosistem padi di negara-negara penghasil padi, termasuk di Indonesia. Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis yang apabila terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati dan pada tanaman fase generative mengakibatkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.
GEJALA DAN DAMPAK PENYAKIT
Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawa (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering (Gambar 1). Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.

Gambar 1. Gejala penyakit hawar daun bakteri X. oryzae pv. Oryzae

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten).
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
1.   Teknik Budidaya
Penanaman Benih dan bibit sehat. Mengingat patogen penyakit HDB dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit HDB tidak digunakan sebagai benih. Bibit yang sudah terinfeksi /bergejala penyakit HDB sebaiknya tidak ditanam.
Cara tanam. Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit HDB sangat dianjurkan tanam dengan system Legowo dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen.
Pemupukan . Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.
Sanitasi lingkungan . Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternative dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangatdianjurkan.
Pencegahan . Untuk daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari pertanaman yang terserang penyakit , mencegah terjadinya infeksi bibit melalui luka dengan tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan pertanaman dari naungan.
2.  Cara Pengendalian Penyakit HDB dengan Varietas Tahan
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang selama ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkab varietas tahan disuatu saat tetapi rentan di saat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Sehubungan dengan sifat -sifat yang demikian ini maka pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) menjadi sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut. Mengingat tahan terhadap patotipe tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap patotipe yang lain. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas yang tahan terhadap patotipe III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII .

Selasa, 16 Februari 2016

Cara Cerdas Melawan Keong Mas

Cara Cerdas Melawan Keong Mas

budidaya arsipppDalam mengendalikan hama keong mas, umumnya para petani memilih menggunakan moluskisida sintesis yang berharga mahal, berspektrum luas, dan mengganggu organisme nontarget dan juga manusia. Padahal sesungguhnya ada cara yang lebih cerdas dan aman, baik secara fisik,  mekanis maupun secara biologis. Berikut ini beberapa cara efektif mengendalikan keong mas:
  1. Pengambilan keong mas secara langsung dengan tangan dari sawah pada pagi dan sore hari ketika keong dalam keadaan aktif dan mudah diambil.
  2. Menggunakan tumbuhan yang mengandung racun bagi keong mas. Misalnya daun sembung (Blumea balsamifera), daun/akar tuba, daun eceng gondok (Monochoria vaginalis), daun tembakau (Nicotiana tabacum), daun calamansi atau jeruk (Citrus microcarpa ), daun makabuhay (Tinospora rumphii ), nimba (Azadirachtha indica ), dan cabai merah. Berbagai tumbuhan tersebut dianjurkan diaplikasikan sebelum penanam padi. Saluran kecil dibuat agar keong mas berada di dalam saluran tersebut dan selanjutnya di atas saluran diletakkan tumbuhan tersebut.
  3. Menggunakan atraktan seperti daun talas (Cococasia esculenta ), daun pisang (Musa paradisiaca ), daun pepaya ( Carica papaya ), bunga terompet, dan koran bekas, supaya mudah mengumpulkan keong tersebut. Daun sebagai atraktan diletakkan dalam petakan sawah secara berjejer, berjarak 1-2 meter antar umpan, yang dilakukan sebelum panen sampai 5 minggu setelah tanam. Tinggi air di sawah disarankan sekitar 5-10 centimeter (BP2TP NAD, 2004)
  4. Ketika menggaru terakhir dibuatkan caren yang dalam (sedikitnya lebar 25 centimeter dan dalamnya 5 centimeter). Jarak antara larikan 10-15 meter. Demikian juga, perlu dibuatkan saluran seukuran caren sepanjang tepi sawah. Saluran dan caren berfungsi untuk menjebak keong mas.
  5. Meletakkan kawat kasa atau anyaman bambu pada pemasukan dan pengeluaran air utama, untuk mencegah masuknya keong mas kecil dan dewasa. Cara ini juga untuk mengambil keong mas yang terperangkap. Selain itu, mempertahankan air tidak terlalu tinggi (2-3 centimeter) mulai 3 hari tanam bisa mengurangi populasi keong mas.
  6. Batu tohor sebanyak 50-100 kg/ha dapat ditebarkan pada lahan persawahan untuk mengurangi dan mematikan keong mas.
  7. Menancapkan ajir bambu sebagai perangkap telur di sawah yang selalu tergenang atau pada saluran pengairan untuk menarik keong mas dewasa bertelur. Dengan cara ini kelompok telur muda dapat terkumpul untuk kemudian diambil dan dihancurkan. Panjang kayu perangkap sekitar 1-1,5 meter, dengan diameter 1-3 centimeter, dan jarak antara tiang perangkap sekitar 2-3 meter. Dalam 1 hektar diperlukan sekitar 200 batang dan ketinggian air dalam petak sawah dianjurkan sekitar 5-10 centimeter (BP2TP NAD, 2004).
  8. Mengeringkan sawah berkali-kali untuk mengurangi aktivitas perpindahan dan perusakan. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah, maka 15 hari setelah tanam pindah, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah tebar benih, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (BPTP, 2003).
  9. Mempergunakan varietas yang beranak banyak dan kurang disukai keong mas seperti PSB, Rc36, Rc38, Rc40, dan Rc 68.
  10. Beberapa predator keong mas adalah burung dan itik, kura-kura, ikan serta insekta. Memelihara itik atau ikan jenis tertentu efektif mengendalikan keoang mas. Pada sistem ini, manajemen air untuk memberi kemungkinan dapat memakan telur juga mesti dilakukan, sehingga peluang menetas dan berkembang biak keong dapat diputuskan.
11. Penggunaan bahan kimia yang tidak merusak lingkungan dapat juga direkomendasikan. Selain itu, dapat juga digunakan saponin, tembakau, dan bibit pinang sebagai bahan pengendali (pembunuh) keong mas. (Dr. Ir. Sulistiono/FPIK-IPB)

Manfaat Jerami untuk Kesuburan Tanah

Manfaat Jerami untuk Kesuburan Tanah
Banyak diantara sebagian petani yang menganggap bahwa jerami merupakan limbah yang perlu di musnahkan salah satunya dengan cara dikabar, karena dianggap tidak mempunyai manfaat untuk dirinya
Kurangnya informasi pertanian  tentang pengetahuan mengenaik Manfaat Jerami untuk Kesuburan Tanah menjadi faktor utama ketika membakar jerami, banyak alasan yang dikemukanan oleh sebagian petani ketika membakar jerami, mulai dari tidak tau manfaat jerami sampai dengan malas melakukan pengolahan terhadap jerami itu sendiri
Salah satu manfaat jerami untuk tanah / lahan sawah yang bisa dipetik yaitu tingkat kesuburan tanah manjadi lebih baik daripada sebelumnya, ini dikarenakan didalam jerami banyak pupuk yang dikandungnya mulai dari pupuk N, P, K, S, Si, Ca, dan Mg.
Sebagai ilustrasi ketika hasil panen padi sebanyak 5 Ton Gabah, maka lahan akan kehilangan unsur hara sekitar 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S. Selain itu juga, semua unsur K dan sepertiga dari N, P dan S terdapat pada jerami padi, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa jerami merupakan salah satu sumber pupuk organik yang sangat baik.
Apabila berat jerami mencapai 1,5 Ton, maka diperkirakan kandungan yang terdapat pada jerami mengandung unsur / pukuk berkisar 9 kg N, 2 kg P, dan S 25 kg Si, 6 kg Ca dan 2 kg Mg. Kandungan dari jerami yang bermanfaat untuk tanah diantaranya adanya senyawa N dan C berfungsi sebagai substrat metabolisme mikroba tanah,  ternasuk gula, pati, selulose, hemiselulose, pektin, lignin, lemak dan protein.
Manfaat Jerami untuk Kesuburan Tanah bila tidak dibakar dan dikembalikan lagi kelahan sawah, diantaranya
  • Unsur hara yang terkandung dalam jerami bila dibakar akan hilang, karena  unsur hara yang seharusnya bisa menambahkan kesuburan tanah di buang dengan percuma
  • Pada batang dan daun padi yang bisa menyuburkan tanah secara fisika (jika membusuk akan menjadi humus, bahan organik atau C-organik) hanya akan terbakar menjadi karbon atau arang
  • Jerami yang di benamkan ke lahan sawah akan sangat bermanfaat untuk makanan mikroorganisme tanah
  • Perlahan tapi pasti bila jerami dibakar maka produktivitas dari panen akan semakin menurun, karena kurangnya akan unsur hara di tanah
  • Dapat menekan biaya pupuk, karena jerami mengandung banyak pupuk organik yang bermanfaat untuk tanah dan tanaman
  • Dapat menekan akan serangan hama dan penyakit, karena didalam jerami mengandung unsur K, yang dapat membantu akan penguat dan pengeras bagian tanaman sehingga ketahanan tanaman akan menjadi lebih kuat.
  • Pembenaman jerami ke dalam lapisan olah tanah sawah akan mendorong kegiatan bakteri pengikat N

Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo

Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
Proses bertani atau budidaya pertanian dalam hal tanam padi menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan negara Indonesia, bagai mana tidak.. beras menjadi salahsatu produk yang sangat penting, ini dikarenakan beras menjadi produk yang termasuk pada Sembilan bahan pokok.
Banyak hal yang mempengaruhi proses meningkatnya produksi padi, mulai dari penggunaan bibit unggul, pemupukan yang tepat sasaran, pengairan yang tepat, pengendalian hama penyakit, dan lain sebagainya. Pada saat ini ada cara yang bisa di tempuh oleh petani dalam proses meningkatkan produksi padi salah satu yang bisa di pilih yaitu dengan Cara Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
Legowo” di ambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti Luas dan “Dowo” yang berarti panjang. Tujuan utama dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih banyak berada di pinggir.
Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
Yang berdasarkan pengalaman, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik, ini dikarenakan tanaman padi di pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi salah satu pilihan dalam proses meningkatkan produksi gabah.
Tipe sistem jajar Legowo
  1. Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang di perpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
  2. Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
  3. Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
Berikut merupakan gambar dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
Dilihat dari gambar Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo maka dapat dilihat peningkatan popolasi dari tanaman padi yang ditanam, secara umum rumus peningkatan jumlah populasi tanaman padi dapat dilihat dengan rumus 100% X  1 : ( 1 + jumlah legowo)
Sebagai Contoh,
  • Jika Legowo 2:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 2) = 33,3 %
  • Jika Legowo 3:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 3) = 25 %
  • Jika Legowo 4:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 4) = 20 %
  • Jika Legowo 5:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 5) = 16,7 %
Gambar Caplakan
•    Menggunakan  2 Caplakan
Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
  Sumber : http://ptmbplusagro.wordpress.com
•    Menggunakan 1 Caplakan
Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
 Sumber: http://farmingblogger.blogspot.com
Manfaat yang dirasakan ketika Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
  1. Menambahnya jumlah tanaman padi
  2. Akan meningkatkan produksi tanaman padi secara signifikan
  3. Memperbaiki kualitas gabah karena akan semakin banyaknya tanaman pinggir
  4. Dapat mengurangi serangan penyakit pada tanaman padi
  5. Dapat mengurangi tingkat serangan hama tanaman padi
  6. Akan mempermudah dalam perawatan tanaman padi baik dalam proses pemupukan maupun penyemprotan pestisida
  7. Dapat menghemat pupuk, karena yang dipupuk hanya di bagian dalam baris tanaman saja
Kelemahan ketika Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo
  1. Akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama pada saat melakukan proses penanaman padi
  2. Membutuhkan benih yang lebih banyak, ini dikarenakan  semakin banyaknya populasi tanaman padi
  3. Pada umumnya pada lahan yang menggunakan jajar legowo, maka akan lebih banyak ditumbuhi rumput

Seleksi Benih Menggunakan Air Garam

Seleksi Benih Menggunakan Air Garam

Sebelum benih disemai pada lahan persemaian ada baiknya benih diseleksi menggunakan air garam. Tujuan dari seleksi benih menggunakan air garam adalah untuk memisahkan antara benih yang berisi dan yang tanpa isi (gabuk). Seleksi benih dapat meningkatkan daya tumbuh sehingga memungkinkan pertumbuhan dari benih tumbuh dengan seragam dan sehat. Seleksi benih juga memungkinkan benih terhindar dari hama karena hama akan ikut terangkat keatas bersamaan dengan benih yang gabuk atau tidak terisi.
Adapun langkah seleksi menggunakan air garam sebagai berikut:
Gambar 1 : Langkah-langkah seleksi benih
(sumber dokument dokter-pertanian)

  1. Masukkan air pada wadah 
  2. Masukkan garam pada wadah 
  3. Masukkan telur ke dalam air jika telur belum mengambang maka garam. Tambahkan garam hingga telur mengambang.
  4. Jika sudah masukkan benih ke dalam air. Benih yang berisi akan tenggelam dan yang tidak berisi maka akan terapung dipermukaan air
  5. Pisahkan benih yang mengambang 
  6. Peram benih selama 24 jam 
  7. Benih siap ditebar dipersemaian (pisahkan antara benih yang berisi dengan yang tidak berisi yang sudah diseleksi dengan air garam)

Teknik Penyemain Padi

Teknik Penyemain Padi

Teknik penyemain padi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh petani dengan menyebar benih padi pada luasan tertentu sebelum dilakukan penanaman padi pada suatu lahan sebenarnya. Teknik penyemain padi yang benar akan menunjang pertumbuhan tanaman padi, apabila teknik penyemain padi tidak dilakukan dengan sesuai prosedur penyemain maka pertumbuhan padi menjadi tidak baik. Berbagai teknik penyemaian padi sudah banyak dilakukan oleh petani mulai dari penyemain tertutup hingga penyemaian terbuka
.
Teknik penyemaian padi baik tertutup maupun terbuka pada dasarnya sama. Namun, penyemain tertutup memberikan keuntungan bagi tanaman padi itu sendiri karena hasil dari penyemain padi yang menggunakan sistem tertutup akan tumbuh dengan seragam. Teknik penyemaian padi dengan sistem tertutup juga melindungi tanaman padi dari serangan berbagai hama dan penyakit. Sehingga, tanaman padi yang dihasilkan dengan menggunakan sistem tertutup akan tumbuh lebih sehat. Adapun teknik penyemain padi dengan sistem tertutup dapat dilihat pada langkah-langkah dibawah ini:

Gambar 1 : Penyemaian benih
(sumber dokument Dokter-pertanian)
  1. Buat tempat penyemaian  sesuai dengan kebutuhan penyemain benih dapat dilakukan ditepi lahan sawah.
  2. Pada bagian bawah tutup area penyemaian padi dengan plastik hal ini dilakukan untuk mempermudah pengambilan bibit pada saat ditanam dilahan.
    Gambar 2 : Penyemaian tertutup
    (sumber dokument Dokter-pertanian)
  3. Diatas plastik tutup dengan tanah setebal 2-3 cm sebagai media tanam benih
  4. Tabur benih pada area penyemaian
  5. Tutup dengan mengunakan abu  karena abu menggandung unsur K yang dibutuhkan tanaman agar pertumbuhan dari padi menjadi lebih kokoh (Abu dapat dihasilkan dari abu sekam atau abu dari sisa pembakaran jerami)
  6.  Tutup dengan karung disepanjang persemaian (penutupan ini dimungkinkan untuk menghindari tanaman padi dari serangan hama dan penyakit) selama umur persemaian
  7. Biarkan tanaman tersebut hingga tumbuh kurang lebih 10-12 hari
  8. Buka tutup persemaian jika sudah berumur  10-1 hari (karung akan ikut terangkat sepanjang pertumbuhan tanaman padi)
Hasil dari penyemaian padi secara tertutup akan tumbuh seragam karena kondisi lingkungan pada saat penyemaian tertutup menghasilkan suhu yang optimum dan merata disepanjang penyemaian dan pertumbuhan padi dihambat oleh adanya karung sehingga hasil pertumbuhannya akan seragam. 
Gambar 3 : Hasil persemaian padi umur 12 HST
(sumber dokument Dokter-Pertanian)
Kondisi pindah tanam yang dilakukan saat tanaman padi berumur 10-13 hari dari persemaian ke lahan memungkinkan tanaman padi tumbuh secara optimum. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman padi berumur 1-15 hari. Tanaman padi masih menggunakan makanan dari cadangan biji yang digunakan untuk metabolisme. Oleh karena itu anjuran pindah tanah yang paling baik tidak melebihi umur 15 hst. Jika melebihi 15hst maka tanaman padi akan sulit beradaptasi dengan kondisi lingkungan.