Kamis, 02 Juni 2016

Pengendalian Tikus Secara Kimiawi

Pengendalian Tikus Secara
Kimiawi
Pengendalian kimiawi merupakan pilihan
terakhir dalam pengendalian tikus.
Pengendalian ini dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat
membunuh tikus atau dapat menganggu
aktivitas tikus, baik aktivitas untuk makan,
minum, mencari pasangan maupun reproduksi.
Secara umum pengendalian dengan cara
kimiawi dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1. Rodentisida. Rodentisida atau
umpan racun merupakan
teknologi pengendalian tikus
yang paling banyak dikenal
dan digunakan oleh petani untuk
membunuh tikus sawah.
Rodentisida yang dipasarkan
pada umumnya dalam bentuk
siap pakai, atau mencampur
sendiri dengan bahan umpan.
Rodentisida digolongkan menjadi
racun akut dan antikoagulan.
Racun akut dapat membunuh
tikus langsung di tempat
setelah  makan  umpan, sehingga
dapat menyebabkan tikus jera.
Sedangkan rodentisida
antikoagulan akan menyebabkan
tikus mati setelah lima hari
memakan umpan dengan dosis
yang cukup sehingga tidak
menyebabkan jera umpan.
Keberhasilan pengumpanan
rodentisida sangat dipengaruhi
oleh waktu pengumpanan, jenis
umpan dan penempatannya.
Waktu yang tepat untuk
pengumpanan adalah ketika di
lapangan sudah tidak ada lagi
pakan padi (bera) sampai padi
vegetatif.
2. Fumigasi. Bahan fumigan yang
sering digunakan oleh petani
sampai saat ini adalah asap
belerang dan karbit. Penggunaan
emposan asap belerang
merupakan cara pengendalian
tikus yang efektif, mudah
diaplikasikan dengan biaya
murah.Teknik tersebut
merupakan teknik untuk
membunuh tikus sawah di dalam
sarang dan dapat dilakukan
kapan saja atau pada periode
bera dan saat pertanaman padi.
Namun pengemposan yang
paling efektif adalah dilakukan
pada saat padi generatif, yaitu
ketika tikus sawah sedang
beranak di dalam sarang. Teknik
tersebut dapat membunuh anak
tikus bersama induknya di dalam
sarang. Jenis fumigasi lainnya
yang dapat dipakai adalah
“tiram” dengan menggunakan
teknik asap kembang api dengan
bahan aktif belerang. Tiram
dimasukkan ke dalam sarang
tikus dan dinyalakan sumbunya,
maka asap belerang akan keluar
dan dapat membunuh tikus.
3. Repellant. Repellent adalah
bahan untuk menolak atau
membuat tikus tidak nyaman
berada di daerah yang
dikendalikan. Penggunaan
repellent di lapangan untuk
mencegah/mengusir tikus sawah
masih jarang digunakan, karena
hanya bersifat mengusir dan
tidak membunuh tikus. Beberapa
bahan alami nabati seperti akar
wangi diduga mempunyai efek
repellent terhadap tikus, namun
masih diperlukan penelitian yang
lebih intensif.
4. Antifertilitas. Pemandulan tikus,
baik tikus jantan maupun tikus
betina dapat digunakan untuk
pengendalian tikus. Cara ini
mempunyai prospek baik karena
tikus sawah mempunyai
perkembangbiakan yang cepat
dan jumlah anak yang banyak
dalam setiap kelahiran. Beberapa
jenis bahan kimia yang
digunakan untuk pemandulan
manusia juga dapat digunakan
untuk memandulkan tikus
sawah. Kesulitan dalam
penggunaan bahan
antifertilitas di lapangan pada
umumnya menyangkut dosis
umpan yang dikonsumsi tikus
sawah kurang cukup (subdosis)
sehingga tikus yang
mengkonsumsi bahan
antifertilitas tersebut tidak efektif
menjadi mandul. Ekstrak minyak
biji jarak (Richinus communis)
telah diteliti juga dapat
digunakan sebagai rodentisida
dan antifertilitas nabati.
(litbang.pertanian.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar