Selasa, 01 Desember 2015

POLA TANAM DALAM PERTANIAN INDONESIA



POLA TANAM DALAM PERTANIAN INDONESIA
           Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah.
Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam
           Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan.
Pola tanam di daerah tropis, biasa nya disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan.
          Maka pemilihan jenis/varietas yang ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan
Pola Tanam terdiri dari 2 macam yaitu
a. Monokultur
Pola tanam monokultur merupakan penanaman satu jenis tanaman pada suatu waktu tertentu pada lahan tertentu. Misalnya penanaman padi, kedelai, teh, karet dll.

b. Polikultur/Tumpangsari
Polikultur merupakan penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama pada suatu waktu tertentu yang bersamaan ataupun tidak bersamaan
.
Alasan-alasan yang mendorong petani untuk melakukan penanaman secara polikultur adalah
a. Penghindaran resiko (Risk avoidance)
 
  Pertanaman secara monokultur dapat kurang stabil dalam keadaan tertentu. Apabila salah satu tanaman mengalami kegagalan, maka tanaman lainnya masih bisa diharapkan hasilnya

b.Penggunaan nutrisi lebih efektif
Tanaman yang berbeda jenisnya, maka kebutuhan nutrisinya juga berbeda, sifat ini dapat menimbulkan efisiensi penggunaan nutrisi tanaman. Kombinasi intercropping tertentu tidak hanya  menghasilkan akumulasi bahan kering yang lebih tinggi, tetapi juga menjadikan efisiensi penggunaan nitrogen seperti pengambilan nitrogen pada kombinasi jagung dan padi lebih tingggi dari masing-masing tanaman tunggalnya.
c. Memelihara kesuburan tanah
Penanaman secara Intercropping dan mixed cropping dapat mempertahankan kesuburan tanah.
d.Produktivitas yang lebih tinggi
Alasan kebanyakan petani menggunakan sistem tumpang sari adalah tingginya produktivitas yaitu jika tanaman yang bersangkutan saling mengisi.

e. Memerangi kerusakan akibat hama
Besarnya variasi penyakit dan hama dengan bertambahnya jumlah tanaman dalam sistem tumpang sari yang mungkin terjadi, tidak akan menimbulkan kerusakan yang akut /membahayakan. Banyak sifat intensif yang umum digunakan mempunyai tingkat stabilitas yang tinggi terhadap populasi hama. Sebagai contohnya, penemuan IRRI terhadap reduksi hama penggerek batang jagung (Osbinia furnacalis guinee) apabila jagung ditanam secara tumpang sari dengan kacang tanah.

f. Pengendalian gulma lebih mudah
            Tanaman yang ditanam secara tumpang sari menyebabkan bertambahnya populasi tanaman. Keadaan ini akan memerangi kerapatan gulma untuk berkembang lebih banyak sebagaimana yang terjadi pada pertanaman tunggal. Selain itu, dalam kegiatan pemeliharaan tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengontrolan gulma. Intercropping antara jagung dengan mungbean pada pertanaman kelapa dapat memerangi vegetasi gulma sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian gulma.

g.Penggunaan tenaga kerja lebih mudah
Adanya perbedaan sifat tanman menyebabkan distribusi pekerjaan akan terjadi secara merata di sepanjang musim tanam meskipun dengan sistem tumpang sari akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

Bp.Nugroho PPL Gondangrejo
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar