POLA TANAM DALAM PERTANIAN INDONESIA
Pola tanam adalah merupakan suatu
urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa
pengolahan tanah.
Pola tanam merupakan bagian atau sub
sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini
dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam
Pola tanam ni diterapkan dengan
tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko
kegagalan.
Pola tanam di daerah tropis, biasa nya
disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada
daerah atau lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan.
Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan
Pola Tanam terdiri
dari 2 macam yaitu
a. Monokultur
Pola tanam
monokultur merupakan penanaman satu jenis tanaman pada suatu waktu tertentu
pada lahan tertentu. Misalnya penanaman padi, kedelai, teh, karet dll.
b.
Polikultur/Tumpangsari
Polikultur merupakan penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama pada suatu waktu tertentu yang bersamaan ataupun tidak bersamaan .
Polikultur merupakan penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama pada suatu waktu tertentu yang bersamaan ataupun tidak bersamaan .
Alasan-alasan yang
mendorong petani untuk melakukan penanaman secara polikultur adalah
a. Penghindaran
resiko (Risk avoidance)
Pertanaman secara monokultur dapat kurang
stabil dalam keadaan tertentu. Apabila salah satu tanaman mengalami kegagalan,
maka tanaman lainnya masih bisa diharapkan hasilnya
b.Penggunaan
nutrisi lebih efektif
Tanaman yang berbeda jenisnya, maka kebutuhan nutrisinya juga berbeda, sifat ini dapat menimbulkan efisiensi penggunaan nutrisi tanaman. Kombinasi intercropping tertentu tidak hanya menghasilkan akumulasi bahan kering yang lebih tinggi, tetapi juga menjadikan efisiensi penggunaan nitrogen seperti pengambilan nitrogen pada kombinasi jagung dan padi lebih tingggi dari masing-masing tanaman tunggalnya.
Tanaman yang berbeda jenisnya, maka kebutuhan nutrisinya juga berbeda, sifat ini dapat menimbulkan efisiensi penggunaan nutrisi tanaman. Kombinasi intercropping tertentu tidak hanya menghasilkan akumulasi bahan kering yang lebih tinggi, tetapi juga menjadikan efisiensi penggunaan nitrogen seperti pengambilan nitrogen pada kombinasi jagung dan padi lebih tingggi dari masing-masing tanaman tunggalnya.
c. Memelihara kesuburan tanah
Penanaman secara Intercropping dan mixed cropping dapat mempertahankan kesuburan tanah.
Penanaman secara Intercropping dan mixed cropping dapat mempertahankan kesuburan tanah.
d.Produktivitas
yang lebih tinggi
Alasan kebanyakan petani menggunakan sistem tumpang sari adalah tingginya produktivitas yaitu jika tanaman yang bersangkutan saling mengisi.
Alasan kebanyakan petani menggunakan sistem tumpang sari adalah tingginya produktivitas yaitu jika tanaman yang bersangkutan saling mengisi.
e. Memerangi
kerusakan akibat hama
Besarnya variasi penyakit dan hama dengan bertambahnya jumlah tanaman dalam sistem tumpang sari yang mungkin terjadi, tidak akan menimbulkan kerusakan yang akut /membahayakan. Banyak sifat intensif yang umum digunakan mempunyai tingkat stabilitas yang tinggi terhadap populasi hama. Sebagai contohnya, penemuan IRRI terhadap reduksi hama penggerek batang jagung (Osbinia furnacalis guinee) apabila jagung ditanam secara tumpang sari dengan kacang tanah.
Besarnya variasi penyakit dan hama dengan bertambahnya jumlah tanaman dalam sistem tumpang sari yang mungkin terjadi, tidak akan menimbulkan kerusakan yang akut /membahayakan. Banyak sifat intensif yang umum digunakan mempunyai tingkat stabilitas yang tinggi terhadap populasi hama. Sebagai contohnya, penemuan IRRI terhadap reduksi hama penggerek batang jagung (Osbinia furnacalis guinee) apabila jagung ditanam secara tumpang sari dengan kacang tanah.
f. Pengendalian
gulma lebih mudah
Tanaman yang ditanam secara tumpang sari menyebabkan bertambahnya populasi tanaman. Keadaan ini akan memerangi kerapatan gulma untuk berkembang lebih banyak sebagaimana yang terjadi pada pertanaman tunggal. Selain itu, dalam kegiatan pemeliharaan tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengontrolan gulma. Intercropping antara jagung dengan mungbean pada pertanaman kelapa dapat memerangi vegetasi gulma sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian gulma.
Tanaman yang ditanam secara tumpang sari menyebabkan bertambahnya populasi tanaman. Keadaan ini akan memerangi kerapatan gulma untuk berkembang lebih banyak sebagaimana yang terjadi pada pertanaman tunggal. Selain itu, dalam kegiatan pemeliharaan tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengontrolan gulma. Intercropping antara jagung dengan mungbean pada pertanaman kelapa dapat memerangi vegetasi gulma sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian gulma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar