PENYAKIT
BLAS
Penyakit
blast telah dikenal di semua negara penghasil padi dunia dan dianggap sebagai
penyakit terpenting. Di Indonesia penyakit blast pertama kali dilaporkan oleh
Rutgers pada tahun 1913 di Jawa Timur. Penyakit ini terdapat terutama pada
pertanaman yang subur sehingga usaha intensifikasi padi justru dapat
meningkatkan insiden penyakit ini.
Gejala
Penyakit
Gejala
penyakit blast dapat muncul pada daun, batang, malai, bulir padi. Bercak pada
daun (leaf blas) berbentuk belah ketupat, awalnya hijau keabu-abuan kemudian
putih dan akhirnya abu-abu dengan bagian tepi berwarna coklat atau coklat
kemerahan. Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung keadaan lingkungan,
umur bercak, ketahanan padi.
Pada
gejala busuk leher (neck blast) tangkai malai busuk dan patah. Pada malai
mengalami hampa karena penyakit terjadi sebelum masa pengisian bulir. Busuk
juga dapat terjadi pada seludang daun dan bercak-bercak kecil pada bulir padi
Penyebab
Penyakit
Disebabkan
oleh cendawan Pyricularia oryzae (fase aseksual) atau Magnaporthe grisea (fase
sempurna). Mempunyai konidiofora bersekat-sekat, jarang bercabang, berwarna
kelabu, membentuk konidium pada ujungnya. Konidium berbentuk buah alpokat,
bersel tiga, hialin, 1 – 20 konidia per konidiofora. Terdapat banyak (lebih
dari 260) ras fisiologi yang berbeda virulensinya dan mudah bermutasi yang
menyebabkan tahan terhadap fungisida. Patogen ini mengeluarkan beberapa jenis
toksin (misalnya picolinic acid, pyricularin, pyriculol, tenuazonic acid) yang
mematikan sel tanaman sehingga termasuk patogen non abligat.
Siklus
Penyakit
Penularan
terutama terjadi dengan kodinia yang dapat dipencarkan jauh oleh angin, terutama
malam hari atau siang hari sehabis turun hujanKonidium lepas bila kelembaban
udara lebih dari 90% secara ekplosif karena pecahnya sel kecil di bawah
konidium akibat tekanan osmotik.
Tersapat
cairan bahan pelengket pada permukaan inang dikeluarkan di ujung konidia.
Konidia berkecambah, penetrasi kutikula inang dengan apresorium. Bila Infeksi
berhasil maka akan muncul gejala dengan sporulasi (12 hari) sehingga bersifat
polisiklik. Patogen bertahan sebagai konidia atau miselium pada biji, sisa tanaman
dan gulma (famili Graminea: Panicum repens, Pennisetum purpureum, Setaria
italica, Eleusine indica)
Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit
Kelebihan
nitrogen dan/atau kekurangan air (mis: padi gogo) menambah kerentanan tanaman.
Kedua faktor ini menyebabkan berkurangnya kandungan silikat jaringan tananaman.
Keberhasilan infeksi dipengaruhi oleh lamanya daun basah akibatembun pagi. Padi
gogo lebih rentan daripada padi sawah. Suhu 25-30C optimum untuk perkecambahan
konidia dan pembentukan apresoriu. Masa terentan tanaman terjadi saat batang
padi tumbuh memanjang (+ 55 hari). Terdapat perbedaan respon tanaman padi yaitu
jenis indica lebih tahan dari pada japonica sehingga padi ketan sangat rentan.
Patogen mudah membentuk ras baru mematahkan ketahanan tanaman
Pengendalian
Penyakit
Pemupukan
seimbang, nitrogen tidak berlebihan. Pengairan mencukupi s tress air padi gogo
lebih tinggi daripada padi sawah. Pemusnahan sisa tanaman sakit dan gulma.
Penggunaan benih sehat yaitu dengan benomil atau tiram, air panas 50C selama 5
menit. Aplikasi fungisida.
PENYAKIT
HAWAR BAKTERI
Penyebab
Penyakit
Xanthomonas
oryzae pv. Oryzae. Diketahui 8 kelompok atau patotipe yang bervariasi dalam
virulensi. Patotipe I dan II tidak terdapat di Indonesia. Patotipe III dan IV
terdapat di Sulsel, Kalsel, Jawa dan Bali (IV tidak terdapat di Kalsel).
Patotipe V hanya di Bali. Patotipe VI – VIII hanya di Jabar
Gejala
Penyakit
Pada
potongan daun sakit bila dicelupkan dalam air bening maka terdapat gumpalan
massa bakteri (ooze)
Siklus
Penyakit
Bakteri
dapat bertahan pada tunggul padi dan gulma (Leersia oryzoides, Zizania
latifolia, Leptochloa chinensis, Cyperus rotundis). Bakteri dalam biji padi
tidak bertahan lama. Selain itu bakteri dapat hidup dalam air irigasi. Infeksi
melalui hidatoda atau luka pada daun dan akar akibat pemotongan ujung bibit dan
kerusakan akar akibat dicabut.
Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit
Kelembaban
tinggi, air berlebihan, suhu hangat (25-30C) optimum bagi perkembangan
penyakit. Umumnya padi sawah lebih rentan terserang daripada padi gogo.
Penyebaran bakteri melalui air irigasi, persinggungan antar tanaman, alat
pertanian, hujan angin sehingga insiden penyakit tinggi
Pengendalian
Penyakit
Penanaman
varietas resisten terutama gene-to-gene resistance. Kultur teknis dengan menghindari
pemupukan nitrogen berlebihan, penggenangan yang tidak perlu, penyiangan gulma
dan tunggul padi. Penggunaan Bakterisida tidak memberikan hasil yang memadai
PENYAKIT
TUNGRO
Tungro
penting untuk kawasan Asia. Dikenal dengan berbagai nama misalnya Mentek atau
Habang (Indonesia), Penyakit Merah (Malaysia), Yellow-orange leaf (Thailand),
Waika (Jepang). Kehilangan hasil berkisar antara 10 – 40%
Gejala
Penyakit
Tungro
disebabkan oleh infeksi dua jenis virus: Rice tungro bacilliform virus (RTBV)
dan Rice tungro spherical virus (RTSV). Sinergisme kedua virus ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman tehambat, daun berwarna kuning sampai orange, jumlah anakan
berkurang. Infeksi RTBV saja hanya menimbulkan gejala sedang, dan infeksi RTSV
saja gajala sangat lemah. Keparahan gejala tergantung dari varietas padi,
strain virus, umur tanaman saat terinfeksi dan keadaan lingkungan
Penyebab
Penyakit
RTBV
berpartikel batang 100 – 300 x 30 – 35 nm dan bergenom DNA untai ganda
sirkular. Sedangkan RTSV berpatikel bulat dengan diameter 30 nm dan bergenom
RNA untai tunggal. Kedua virus dapat ditularkan oleh Nephotettix virescens, N.
cincticeps, N. nigropictus, N. parvus, N. malayanus, dan Recilia dorsalis
dengan makan akuisisi minimal 30 menit, tidak ada periode laten, makan
inokulasi minimal 7 menit, retensi 3-5 hari, non-transtadial. Yang perlu
diperhatikan penularan RTBV tergantung pada RTSV, tetapi tidak sebaliknya
Siklus
Penyakit
Virus
dapat menginfeksi tunggul padi sisa panen dan beberapa gulma jenis
rumput-rumputan (Dactyloctenium aegyptium, Eleusine indica, Echinochloa
colonum, E. crusgalli) Selain itu tunggul pada yang tumbuh dari tanaman
terinfeksi juga dapat menjadi sumber inokulum
Pengendalian
Penyakit
Penanaman
serempak varietas padi tahan serangga vektor diikuti dengan pemusnahan
tunggul-tunggul padi dan gulma. Pengendalian vektor dengan insektisida
PENYAKIT
BERCAK COKLAT
Umum
terdapat di negara penghasil padi dunia (tropis dan subtropis). Di Indonesia
pertama kali dilaporkan oleh van Breda de Haan pada tahun 1900. Terdapat
terutama pada pertanaman yang kurang baik keadaannya (kekurangan air atau unsur
hara)
Gejala
Penyakit
Dapat
muncul pada semai, daun, bulir padi (disebut kerusakan fase 1, 2, 3) Pada
persemaian bibit yang terinfeksi busuk pada koleoptil, batang dan akar sehingga
mati. Gejala pada daun berupa bercak memanjang (oval) bertepi coklat tua dan
bagian tengah kuning pucat, kelabu, dan kadang dikelilingi “halo”. Bila
terserang berat daun menjadi kering, batang dan tangkai bulir terinfeksi patah
sehingga biji keriput; atau tanaman tidak membentuk malai atau malai tidak
keluar dari upih. Pada bulir padi hanya sebagian biji pada malai yang
terserang; bercak berwarna coklat
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Dreschslera oryzae atau Bipolaris oryzae atau Helminthosporium
oryzae. Di atas permukaan bercak, konidiofora menyangga 1-6 konidia. Konidium
melengkung, di tengah agak lebar, bersekat 6-14, berhilum, kecoklatan. Konidium
berkecambah dari kedua sel ujung. Cendawan dapat menghasilkan enzim proteolitik
penghancurkan dinding sel, dan juga menghasilkan cochliobolin atau opiobolin,
yaitu toksin penghambat pertumbuhan akar dan pengganggu respirasi daun
Siklus
Penyakit
Miselium
dan konidia dapat bertahan dalam biji selama 4 tahun; atau pada jerami atau
tanah. Konidia terbawa angin atau benih; tanah terinfestasi; sisa tanaman atau
gulma sakit ® sumber
infeksi primer. (Gulma: Leersia hexandra, Cynodon dactylon, Digitaria
sanguinalis, Eleusine indica, E. corona). Konidium berkecambah dari kedua sel
ujung, penetrasi epidermis inang dengan/tanpa apresorium, perkecambahan perlu
air bebas dan suhu 16-30C/optimum 20-30C. Polycyclic terjadi bila ada infeksi,
muncul gejala, sporulasi kemudian konidia menginfeksi tanaman baru, siklus
tersebut berulang kembali.
Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit
Ketahanan
tanaman berbeda dan berkorelasi dengan ketebalan sel epidermis dan lapisan
kutikula, kandungan silikat dalam sel, dan kecepatan akumulasi polifenol saat
infeksi. Tanaman padi bertambah rentan semakin bertambahnya umur dan eriode
paling rentan saat pembentukan bunga dan buah. Padi yang ditanam di tempat kering
(padi gogo) lebih rentan. Hal ini berhubungan dengan kelembaban tanah dan
udara. Kelebihan/kekurang nitrogen memperparah penyakit. Selain itu insiden
penyakit lebih banyak pada tanaman kekurangan besi, mangan atau kalium.
Pengendalian
Penyakit
Memperbaiki
cara bertanam: pemupukan seimbang; pengairan yang cukup; penanaman serempak.
Patogen bertahan dalam tanah sehingga perlu pergiliran tanaman. Sanitasi yaitu
eleminasi sisa tanaman dan gulma sakit. Untuk mengindari terbawa benih
perlakuan dengan fungisida atau air panas.
PENYAKIT
BERCAK COKLAT SEMPIT
Pertama
kali dilaporkan di Indonesia (Jawa) pada tahun 1900 oleh Raciborski dan
kemudian di Jepang tahun1906. Saat ini telah tersebar di semua negara penghasil
padi dunia dan dikenal dengan narrow brown leaf spot
Gejala
Penyakit
Gejala
muncul selama fase reproduksi tanaman padi dan gejala paling berat tampak
sekitar sebulan sebelum panen. Dicirikan oleh bercak adanya sempit memanjang
pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan tulang daun. Pada serangan
yang berat bercak dapat timbul pada seludang daun, batang, dan bulir. Bercak
cenderung lebih sempit, lebih pendek dan berwarna lebih gelap pada varietas
padi yang resisten
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Cercospora janseana atau Cercospora oryzae atau Sphaerulina
oryzina (stadium sempurna). Konidiofora berwarna coklat, tumbuh di atas bercak
sendiri-sendiri atau berkumpul sampai tiga. Konidium dibentuk di atas
konidiofora, berbentuk gada terbalik, bersekat 3 – 10.
Siklus
Penyakit
Konidia
disebarkan oleh angin dan infeksi terjadi melalui stomata, hifa berkembang di
ruang antar sel. Masa inkubasi sebulan atau lebih: gejala tampak lambat di
lapang walaupun infeksi terjadi saat tanaman muda. Patogen dapat bertahan hidup
pada jerami atau bulir padi atau gulma (Panicum repens)
Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit
Kerentanan
varietas padi terhadap race cendawan dan fase pertumbuhan tanaman adalah faktor
yang menentukan perkembangan penyakit. Semua stadia pertumbuhan tanaman padi
rentan terhadap infeksi C. oryzae. Pembentukan dan pengisian malai adalah saat
paling rentan
Pengendalian
Penyakit
Penanaman
jenis padi yang tahan. Penyemprotan dengan benomil atau mankozeb dapat
meningkatkan (menyelamatkan) hasil 30%
PENYAKIT
HAWAR SELUDANG
Dulu
dianggap kurang penting, akhir-akhir ini sering dilaporkan menimbulkan
kerusakan berat, di dunia menempati urutan kedua setelah blast. Penyakit
mempengaruhi jumlah gabah yang berisi tiap malai, panjang malai dan persen
kehampaan, tetapi tidak berat 100 biji
Gejala Penyakit
Pada
akhir stadia anakan muncul gejala awal: bercak oval 1 cm kehijauan pada
seludang daun dekat permukaan air. Bercak berkembang cepat menjadi hawar sampai
ke daun, coklat/seperti jerami. Pada serangan berat, seluruh bagian tanaman
mengeringBulir padi dapat terserang hawar
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Rhizoctonia solani dan R. Oryzae. Rhizoctonia solani membentuk
sclerotium pada permukaan hawar namun belum pernah ditemukan sclerotium yang
dibentuk R. oryzae
Patogen
membentuk tiga jenis hifa yaitu
Runner
hyphae : tumbuh cepat di permukaan tanaman.
Lobate
hyphae : hifa yang membengkak menjadi bantalan untuk penetrasi (apresorium).
Monilioid
cell : hifa bersel satu berdiferensiasi dan berkembang menjadi sclerotium
Siklus
Penyakit
Cendawan
bertahan sebagai sclerotium atau miselium pada sisa tanaman. Sclerotium
mengambang di permukaan air sawah®berkumpul
di sekitar pertanaman padi®infeksi
pada seludang dekat permukaan air. Banyak inang (kedelai, kacang-kacangan, dan
berbagai jenis gulma) sehingga disimpulkan bahwa sumber infeksi untuk padi
selalu ada.
Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit
Penyakit
dibantu oleh penanaman yang terlalu rapat. Tanaman padi yang terlalu subur
lebih rentan terhadap penyakit ini. Jenis padi yang berbatang pendek dan mempunyai
anakan banyak lebih rentan terhadap R. Solani
Pengendalian
Penyakit
Sinar
matahari intensif dapat menekan perkembangan penyakit sehingga jenis padi
dengan anakan banyak lebih rentan. Hal ini dapat diatasi dengan memperlebar
jarak tanam. Tanaman padi terlalu subur (N tinggi) lebih rentan sehingga harus
melalui pemupukan seimbang. Patogen tular tanah sehingga perlu sanitasi
PENYAKIT
BUSUK BATANG
Busuk
batang (stem rot) pertama kali dideskripsi oleh Cattaneo pada tahun 1876 di
Italia. Penyakit telah terdapat di pertanaman padi di daerah tropis dan di
daerah beriklim sedang. Penyakit ini telah terdapat di Indonesia (Ramlan et al.
1985) terutama di Jawa dan Sumatera
Gejala
Penyakit
Bila
fase anakan telah lewat lewat maka gejala awal beupa bercak hitam tidak teratur
pada seludang daun di atas garis air sawah. Bila penyakit semakin berkembang
maka bercak dapat membesar sehingga patogen menginvasi ke bagian dalam
seludangInvasi patogen sampai pada bagian batang. Hal ini menyebabkan bulir
tidak berisi bahkan tanaman mati.
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Sclerotium oryzae (fase sclerotium; umum ditemukan), Nakataea
sigmoidea (fase konidium) atau Magnaporthe salvinii (peritesium; fase
sempurna). Sclerotium banyak dibentuk di permukaan bagian tanaman sakit bulat
2-3 mm berwarna hitam.
Siklus
Penyakit
Scleorotium
pada sisa tanaman atau tanah. Bila dilakukan penggenangan sawah maka sclerotium
mengambang ikut aliran air lalu menginfeksi seludang daun lalu gejala muncul
dan terjadi sporulasi yang menghasilkan sclerotium kembali dalam jumlah banyak
Infeksi
permulaan terjadi karena skerotium membentuk apresorium dan bantalan infeksi.
Sporulasi juga membentuk konidia dan askospora yang merupakan inokulum
tambahan. Jumlah sclerotium di permukaan tanah menentukan berat/ringan penyakit
pada siklus pertama.
Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit
Kelebihan
nitrogen membantu penyakit, tetapi pemberian natrium silikat atau kalium
mengurangi penyakit. Adanya luka termasuk luka akibat serangga menambah
kerentanan tanaman
Pengendalian
Penyakit
Diarahkan
pada pengelolaan residu sisa tanaman, pemupukan tepat, pemilihan varietas.
Pembenaman sisa tanaman dapat menurunkan secara drastis viabilitas sclerotium.
Pemupukan nitrogen tidak berlebihan untuk menghindari penurunan ketahan.
Penggunaan Varietas tahan dapat menginaktifkan enzyme pendegradasi dinding sel
PENYAKIT
FUSARIUM (BAKANAE)
Penyakit
ini banyak terdapat di daerah beriklim basah di Asia. Pertama kali dilaporkan
di Jepang tahun 1829 dengan sebutan “Bakanae”. Di Indonesia adanya penyakit
oleh Fusarium dilaporkan tahun 1938
Gejala
Penyakit
Gejala
terutama terlihat pada tanaman muda atau di pembibitan. Tanaman terinfeksi
mempunyai batang 1,5 sampai 2 kali panjang tanaman sehat, berwarna pucat.
Gejala hiperplasia ini akibat patogen mengeluarkan gibberellin
Bila
tanaman tua terserang juga memperlihatkan pertumbuhan batang yang abnormal;
pada pangkal batang tumbuh banyak akar lateral. Tanaman yang dapat bertahan
sampai tua umumnya steril, tidak menghasilkan malai. Istilah “palay lalake”
(bhs Filipina = padi jantan) digunakan untuk padi yang steril ini
Terdapat
dua strain patogen penyebab penyakit ini. Strain yang menghasilkan lebih banyak
gibberellin maka akan menginduksi hiperplasia sedangkan strain yang menghasilkan
lebih banyak fusaric acid maka akan menginduksi hipoplasia yaitu pertumbuhan
terhambat sehingga tampak kerdil
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Fusarium moniliforme (bentuk sempurnanya: Gebberella
fujikuroi). Membentuk peritesium yang di dalamnya berisi askus yang
masing-masing mengandung 4-8 askospora. Mikrokonidia hialin, oval, satu sel,
dibentuk berantai. Makrokonidia melengkung dengan ujung meruncing bersepta 3-5
Siklus
Penyakit
Fusarium
dapat berkembang dan bertahan dalam sisa tanaman yang berada di dalam dan di
atas tanah. F. miniliforme adalah patogen tular benih, infeksi benih terjadi
sebelum panen melalui konidia dan askospora yang diterbangkan angin, atau
karena kontaminasi selama proses pemanenan.
Cendawan
tidak menginvestasi benih secara internal. Patogen menginfeksi tanaman melalui
akar atau pucuk tanaman secara sistemik tetapi tidak sampai ke malai. Cendawan
juga dapat menyerang tebu, jagung dan padi-padian lain. Pemencaran inokulum
terutama dilakukan oleh angin
Pengendalian
Penyakit
Penggunaan
benih sehat sangat penting untuk mengendalikan penyakit ini. Tetapi di
Indonesia penyakit kurang mempunyai arti ekonomi, sehingga belum pernah
dilakukan pengendalian
PENYAKIT
GOSONG PALSU
Penyakit
ini sudah terdapat di semua negara penanam padi termasuk Indonesia. Gosong
palsu umumnya adalah penyakit minor, tetapi kejadian endemik pernah dilaporkan
di India, Myanmar, Peru dan Pilipina.
Gejala
Penyakit
Biji
padi berubah menjadi bola spora berdiameter 1 cm (bahkan ada yang mencapai 5
cm), keluar diantara sekam, berwarna kuning emas dan kadang-kadang hijau.
Bagian tengah dari bola ini adalah suatu anyaman meselium padat yang merupakan
sklerotium. Dilaporkan bahwa bulir yang berdekatan dengan bulir yang
menunjukkan gosong palsu adalah sehat. Di bagian luar dari anyaman miselium ini
terdapat tiga lapisan spora. Lapisan dalam dan tengah adalah spora yang belum
matang berwarna kuning keemasan. Lapisan luar adalah spora yang telah matang
berwarna agak kehitaman. Umumnya hanya beberapa bulir padi saja yang terserang
pada satu malai.
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Ustilaginoidea virens yang membentuk sklerotium berdiameter 5-8
mm. Konidia yang dibentuk di permukaan sklerotium, berbentuk bulat lonjong,
berduri, berukuran 4-6 x 3-5 um, berkecambah dengan membentuk konidium sekunder
yang lebih kecil dan hialin
Siklus
Penyakit
Konidia
tersebar oleh angin, menginfeksi bunga atau biji yang mulai terbentuk. Patogen
dapat bertahan sebagai sklerotium atau sebagai bola spora yang mengeras yang
disebut pseudomorph.
Pseudomorph
dapat bertahan 4 bulan dalam kondisi lapangan. Musim hujan, kelembaban tinggi,
pemupukan nitrogen berlebih meningkatkan perkembangan penyakit
Pengendalian
Penyakit
Jarang
dikendalikan karena kurang merugikan. Beberapa varietas padi dilaporkan tahan
terhadap U. Virens. Beberapa jenis fungisida dapat secara efektif mengendalikan
gosong palsu
PENYAKIT
KEMBANG API
Penyakit
kembang api, yang juga dikenal dengan sebutan Udbatta (bhs. India), telah
dilaporkan terdapat di India, China, Vietnam, Hongkong, New Caledonia, dan
Afrika Barat. Dapat menyebabkan kerugian yang berat pada daerah yang sudah
endemik, tetapi umumnya bersifat sporadis dan tidak terlalu penting. Penyakit
ini mungkin sudah lama ada di Indonesia, tetapi baru dilaporkan pada tahun 1976
terdapat di Jawa.
Gejala
Penyakit
Gejala
tidak akan tampak sampai fase bunting. Malai yang keluar dari upih daun berndera
diliputi oleh miselium cendawan berwarna putih, biji-biji hampa terekat satu
sama lain, tegak kaku seperti mummi. Mumifikasi terjadi saat masih terbungkus
oleh upih daun bendera, maka malai yang sudah seperti mummi ini tegak lurus
tampak seperti kembang api. Patogen membentuk sklerotium hitam pada permukaan
kembang api. Daun bendera lebih kecil dari normal kadang berwarna keperakan.
Tanaman terinfeksi terhambat pertumbuhannya
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Ephelis oryzae (stadium sempurnanya disebut Balansia
oryzae-sativae). Membentuk stroma putih sampai kelabu menyelubungi permukaan
malai. Dalam stroma dibentuk piknidium bulat 1-1,5 mm. Konidiofora bercabang,
hialin, berukuran 22-85 x 1-1,4 um. Konidia seperti jarum, bersel satu, hialin,
berukuran 12-40 x 1.2-1,5 um.
Siklus
Penyakit
Patogen
menginvasi tanaman secara sistemik dan menginfeksi tanaman saat masih bibit.
Infeksi bibit mungkin melalui benih yang membawa patogen. Infeksi oleh konidia
juga dapat terjadi melalui bunga. Patogen dapat terbawa biji tetapi tidak dapat
bertahan dalam tanah. Cendawan dapat bertahan pada gulma yang umum terdapat di
sawah seperti Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, dan Setaria italica.
Pengendalian
Penyakit
Karena
dianggap kurang penting, penyakit ini jarang dikendalikan. Bila diperlukan,
pengendalian dapat dilakukan dengan penggunaan benih sehat atau perlakuan benih
dengan air hangat (54C selama 10 menit), atau dengan perlakuan benih dengan
fungisida.
PENYAKIT
STACKBURN
Pertama
kali dilaporkan terdapat di Amerika Serikat (Lousiana dan Texas) pada tahun
1916. Saat ini diketahui bahwa penyakit terdapat di banyak negara Asia
Tenggara. Di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun1972
Gejala
Penyakit
Pada
daun terjadi bercak oval 3-10 mm, bertepi coklat dengan pusat yang semula
berwarna coklat pucat sedikit demi sedikit berubah menjadi putih dengan banyak
titik-titik hitam yang terdiri dari sklerotium. Bulir yang terinfeksi berbercak
coklat dengan tepi lebih gelap, infeksi dapat sampai ke biji dan menyebabkan
biji keriput dan mudah pecah.
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Alternaria padwickii. Sklerotium bulat berdiameter 50-200 um
berwarna hitam. Konidiofora berukuran 3-4 um tumbuh tegak sampai ketinggian 180
um. Konidia berdinding tebal bersekat 3-5, pada sekat agak melekuk, sel kedua
atau ketiga lebih besar dari sel lainnya, berukuran 11-20 x 95-170 um (termasuk
ekor)
Siklus
Penyakit
Daur
penyakit ini belum banyak diketahui kecuali cendawan mempertahankan diri pada
benih dan sisa tanaman sakit, dan mungkin juga di dalam tanah. Di udara konidia
lebih banyak terdapat menjelang tengah hari, terutama pada waktu padi mulai
masak
Pengendalian
Penyakit
Belum
ditemukan varietas padi yang tahan terhadap stuckburn. Penanaman benih sehat
dapat mengurangi insiden penyakit. Perlakuan benih dengan air panas (54C selama
10 menit) atau dengan fungisida (mankozeb, ceresan) cukup efektif mengendalikan
penyakit
PENYAKIT
DAUN BERGORES BAKTERI
Daun
bergores bakteri (bacterial leaf streak/BLS) pertama kali ditemukan di Filipina
pada tahun 1918. Penyakit telah tersebar luas di daerah tropis seperti
Filipina, Malaysia, Cina selatan, Thailand, Vietnam, Kambidia tetapi tidak
ditemukan di Jepang dan negara-negara subtropis lainnya. Di Indonesia pertama
kali dilaporkan oleh Oka pada tahun 1972 di Jawa, saat ini penyakit telah
tersebar di seluruh Indonesia, kecuali Maluku dan Irian Jaya
Gejala
Penyakit
Penyakit
dapat terjadi pada semua stadia pertumbuhan tanaman. Terdapat goresan/garis
interveinal hijau kebasahan, lalu coklat terang. Pada gejala lanjut maka helai
daun menjadi coklat hingga putih keabu-abuan lalu mati (mirip dengan kresek).
Pada permukaan bercak keluar eksudat bakteri berwarna kuning
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Xanthomonas oryzae pv. oryzicola dan X. campestris pv.
Oryzicola. Telah diproduksi antiserum yang dapat membedakan kedua spesies ini.
Bakteri menghasilkan enzim pektinase dan selulase penghancur dinding sel
tanaman
Siklus
Penyakit
Bakteri
bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman sakit dan dalam biji.
Beberapa gulma (padi liar/genus Oryza) terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum
primer. Bakteri dapat menyebar dari petak ke petak karena terbawa air irigasi.
Infeksi secara meluas terjadi pada waktu hujan berangin karena massa bakteri
yang mengering terlarut dalam air hujan dan tersebar oleh angin. Selain itu
angin dapat menyebabkan luka pada daun sebagai tempat infeksi
Faktor
yang Mempengaruhi Penyakit
Penyakit
lebih banyak terjadi pada daerah-daerah dengan curah hujan yang tinggi (Jabar,
Jateng, Kalsel dan Sulsel. Suhu tinggi tampaknya membantu perkembangan penyakit
(perkembangan BLS tertinggi terjadi Agustus-September). Kelembaban tinggi tidak
mempengaruhi perkembangan gejala, tetapi membantu infeksi dan pemencaran
patogen. Nitrogen hanya sedikit membantu perkembangan gejala. Pada umumnya
ketahanan tanaman bertambah dengan bertambahnya umur
Pengendalian
Penyakit
Tidak
memerlukan usaha pengendalian yang khusus, kecuali penanaman jenis-jenis padi
yang tahan. Jika penyakit selalu terjadi dianjurkan agar tidak memakai benih
dari pertanaman yang sakit
PENYAKIT
KERDIL KUNING
Kerdil
kuning (yellow dwarf) dilaporkan terdapat hanya di Asia termasuk Indonesia
Gejala
Penyakit
Tanaman
terinfeksi menjadi kerdil, anakan banyak, daun berwarna hijau pucat atau kuning
pucat. Tanaman yang terinfeksi saat masih muda memperlihatkan gejala 40-50 hari
kemudian, dan umumnya mati lebih cepat. Tanaman yang dapat bertahan hidup tidak
menghasilkan malai
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Phytoplasma, penyebab kerdil kuning, terbatas pada jaringan
phloem tanaman inang, selnya berbentuk tidak beraturan, berukuran 100-800 nm.
Nephotettix cincticeps adalah vektor utama di daerah beriklim sedang sedangkan
N. nigropictus dan N. virescens adalah vektor utama di daerah beriklim sedang.
Pengendalian
Penyakit
Tidak
ada cara pengendalian yang direkomendasikan karena penyakit tidak terlalu
penting secara ekonomi
PENYAKIT KERDIL HAMPA
Kerdil
hampa (ragged stunt) pertama kali ditemukan di Indonesia tahun1976, kemudian
penyakit dilaporkan terdapat di negara Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia,
India, Sri Lanka, Cina, Jepang dan Filipina
Gejala
Penyakit
Tanaman
terinfeksi tampak kerdil, daun-daun menjadi pendek berwarna gelap, satu atau
kedua sisinya sobek atau berlekuk-lekuk (ragged) serta daun bendera terpilin.
Pada permukaan bawah daun atau pada seludang daun terdapat puru (gall) karena
jaringan phloem mengalami hiperplasia. Malai umumnya tidak berisi atau hampa
(maka disebut kedil hampa). Gejala ini muncul 2-3 minggu setelah infeksi
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Rice ragged stunt virus (RRSV yang) mempunyai partikel
berbentuk bulat berdiameter 63-65 nm. Genomnya 10 macam RNA untai ganda,
protein mantelnya terdiri dari lima jenis subunit protein
Siklus
Penyakit
RRSV
menginvasi inang terbatas pada jaringan phloem. Dapat ditularkan oleh
Nilaparvata lugens dan N. Bakeri. Vektormempunyai makan akuisisi 8 jam, periode
laten 8-15 hari, makan inokulasi minimal 1 jam, vektor infektif selama hidup,
transtadial, tetapi tidak transovarial
Beberapa
padi liar seperti Oryza nivara dan O. latifolia dilaporkan dapat diinfeksi
RRSV. Karena wereng coklat monopaghous pada padi, maka infeksi alami pada gulma
dapat dikatakan tidak terjadi. Dengan demikian virus hanya dapat bertahan pada
tanaman padi dan vektornya
Pengendalian
Penyakit
Pengendalian
dapat dilakukan dengan menanam varietas padi tahan wereng coklat atau
mengendalikan wereng dengan insektisida
PENYAKIT
KERDIL RUMPUT
Kerdil
rumput (grassy stunt) pertama kali dilaporkan di Filipina tahun1962, dan
sekarang dilaporkan telah tersebar di seluruh negara penghasil beras di Asia
Gejala
Penyakit
Gejala
muncul 10-20 hari setelah infeksi. Tanaman terinfeksi menjadi kerdil, anakan
lebih banyak dari normal, daun-daun lebih sempit, kaku dan tegak, sehingga
rumpun tanaman nampak seperti rumput (kerdil rumput). Tanaman masih dapat
membantuk malai tetapi jumlah biji sangat sedikit dan berukuran kecil
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan pleh Rice grassy stunt virus (RGSV) mempunyai partikel berupa benang
lentur 6-8 x 950-1350 nm. Genomnya 4 jenis RNA untai tunggal, satu jenis coat
protein (31 kDa)
Siklus
Penyakit
RGSV
ditularkan terutama oleh Nilaparvata lugens, dan dapat juga oleh N. bakeri dan
N. Muiri. Vektor mempunyai makan akuisisi minimal 30 menit, periode laten 10-11
hari, makan inokulasi 5-15 menit, transtadial tetapi tidak transovarial.
Virus
bertahan dari musim ke musim pada sisa tanaman padi yang masih hidup dan
vektornya. Di daerah tropis, kejadian penyakit tinggi pada daerah yang
terus-menerus ditanami padi. Migrasi serangga vektor sangat berperan untuk
penyebaran virus
Pengendalian
Penyakit
Pengendalian
vektor dengan insektisida. Pola tanam melaui pergiliran tanaman dengan bukan
padi. Penanaman varietas tahan terhadap wereng coklat. Sanitasi dengan mencabut
dan membenamkan tanaman sakit
PENYAKIT
HOJA BLANKA
Terdapat
hanya di Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia. Pertama kali dilaporkan
tahun 1935 di Kolombia. Insiden penyakit tercatat selalu rendah, kecuali tahun
1981-1985 terjadi outbreak di Amerika Tengah
Gejala
Penyakit
Tanaman
yang terinfeksi menjadi kerdil. Terdapat garis-garis klorotik/ kuning pada
daun. Pada beberapa kasus helaian daun menjadi putih.
Penyebab
Penyakit
Penyakit
disebabkan oleh Rice hoja blanca virus (RHBV) yang termasuk group Tenuivirus,
partikelnya filamentous, dengan lebar 3-4 nm, genomnya RNA rantai tunggal,
mempunyai satu jenis coat protein
Siklus
Penyakit
Wereng
Sogatodes orizicola adalah vektor utama RHBV. S. Cubanus dapat menularkan RHBV
dari padi ke rumput-rumputan seperti Echinochloa, tetapi tidak dari padi ke
padi atau dari rumput ke padi. Makan akuisisi vektor 15 menit-1 jam, periode
laten 30-36 hari, makan inokulasi 30 menit-1 jam, sirkulatif, provagatif, dan
transovarial.
Periode
laten melebihi panjang hidup vektor jantan (14-24 hari) dan betina (30-44
hari). 5-15% dari populasi vektor di lapangan dapat menyebarkan RHBV. Insiden
RHBV sangat tergantung dari jumlah nimfa vektor yang infektif. Mengingat
periode laten yang sangat panjang, tanaman sakit tampaknya tidak menjadi sumber
infeksi untuk tanaman dalam musim yang sama.
Nugroho P, SP
PPL Kec. Gondangrejo
WKPP Ds. Jatikuwung dan Ds.
Kragan